Senin, 01 Juli 2024

sambungan cerpen

Gini nih, di kantor ga da kerjaan... gabut banget, mengkhayal nulis lanjutan cerpen sambil denger lagu sambil ngemil kripik dan nyuruput kopi.



Lanjutan cerpen

Pagi ini tidak biasa, aku bangun kesiangan mana hari ini hari upacara senin pagi, bakal kena hukuman nih sepertinya. Siswa-siswi yang datang terlambat berbaris di tempat terpisah agar seusai upacara gampang di kumpulkan dan diberi hukuman.

Anggita dan Jeni menyindir aku yang kesiangan. Anggita yang berdiri berbaris di bagian depan di seberang barisanku, memberiku kode, bahwa tepat dibelakangnku ada kak Dian, tapi aku tidak mengerti kode Anggita.

“ apes banget pagi ini” celetukku pasrah kena hukuman selesai upacara. Upacara selesai, guru yang bertugas menyuruh kami operasi semut, yaitu membersihkan sekitar sekolah. Pak guru sudah menyiapkan beberapa tempat sampah yang akan digunakan untuk tempat sampah yang berserakan.

“ hei, ayo semangat!” sapa seorang cowok menyemangatiku, sepertinya aku mengenal suaranya. Aku yang tadinya berjalan menunduk dan ogah-ogahan menjawab “ Iyaaa” lalu cowok itu berlalu aku hanya melihat pundaknya dan kepalanya yang memakai topi atribut sekolah.

“ suaranya seperti kenal” ujarku dalam hati penasaran, siapa yang menegurku barusan.

Karena aku datang terlambat, jadi siswa yang datang terlambat kena hukuman selain operasi semut, juga kami tidak di perbolehkan masuk jam pelajaran pertama di kelas, jadi kami di hukum, balajar di perpustakaan. Jam dinding menunjukkan pukul 9.00 pagi saat ini, masih ada waktu 45 menit hingga pelajaran pertama selesai, itu artinya aku masih harus menunggu 45menit di perpustakaan. Ada sekitar 20 siswa yang datang terlambat upacara tadi, mereka semua di hukum sama sepertiku, termasuk kak Dian.

“ Eh, ada Kak Dian” Ujarku dalam hati saat melihat dia baru masuk ke perpustakaan, dia sibuk mengambil buku di dalam tasnya dan tiba-tiba dia menarik kursi disebelahku.

“ Eh, apa aku tidak salah, dia akan duduk di sebelahku” Ujarku dalam hati

“ Di sini kursinya kosongkah?” tanya dia. Tiba-tiba hatiku berdebar dan aku membalas pertanyaannya dengan grogi.. “ eh, I .. I ya kosong kak “ jawabku dalam hati. Mimpi apa aku semalam. Duh, sepertinya aku tidak akan bisa konsentrasi membaca buku yang kupegang.

“ Eh, sebentar… dia Dian apa kembarannya? Nanti kayak waktu itu lagi” tanyaku dalam hati. Aku melirik dan membaca identitasnya barangkali ada tertulis di bukunya. Tapi aku tidak menemukan nama identitasnya di buku, aku hanya tau  buku yang di abaca buku tentang komputer dan dia juga membaca buku puisi, sepertinya benar dia adalah kak Dian. Waktu hukuman yang tersisa tinggal 30 menit, kami hanya diam fokus dengan buku bacaan yang kami pegang. Aku membaca buku sastra.

Sementara itu, Dian yang duduk di sebelah Astrid pun sedikit grogi, kenapa tiba-tiba dia memilih duduk di sebelah kursi Astrid padahal masih ada beberapa kursi yang kosong. Sebenarnya Dian ingin menyapanya hanya saja dia tidak berani memulai percakapan. Jadi selama di hukum mereka hanya diam di tempat saling sibuk dengan rasa grogi mereka berdua hingga mata pelajaran pertama selesai dan hukuman selesai mereka hanya diam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar