Kamis, 06 Juni 2024

Cerpen

 PUTIH ABU


Aku masih inget gimana pertemuan pertama aku dengan Kak Dian. Waktu itu aku masih berseragam putih-abu dan aku masih kelas 1 SMA, saat itu lagi ujian semester ganjil dan penentuan minat ke jurusan. Aku yang masih bingung memilih jurusan IPS atau IPA. Ujian hari pertama di mulai, aku datang 20 menit sebelum bel berbunyi. Kami yang masih kelas 1, akan sebangku dengan kakak kelas 3. Anggita adalah sahabatku di kelas selama ujian, sepekan selama ujian aku kebagian duduk dengan kakak kelas bernama Dian. Aku tau namanya dari kartu ujian yang di tempel di pinggir meja, dia dari jurusan IPA.

 

Ujian hari pertama adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Komputer. Bel masuk tepat berbunyi pukul 07.30. Ujian pun dimulai, ujian akan berlangsung selama 1jam 30 menit. Aku harus menjawab dengan hati-hati karena ini penentuan jurusan di di semester genap nanti. Harapanku bisa masuk jurusan IPA. Di sekolahku jurusan yang paling unggul dan banyak peminatnya adalah IPA. Sejam berlalu, masih banyak soal yang belum terjawab. Aku melihat sekeliling kelas, semua siswa di dalam kelas sibuk dengan soal ujian. Menurutku soalnya lumayan susah, aku kembali membaca soal ujian dengan hati-hati. Tiba-tiba, kakak kelas yang duduk di sebelahku meminjam soal ujianku, dia membaca soal ujianku. Dan tiba-tiba dia memberi tahu ku isi jawaban soal yang belum terjawab olehku.

“ Makasih kak “ jawabku dengan hati senang rasanya sangat terbantu sekali. Ujian mata pelajaran pertama telah selesai. Waktunya istirahat. Kakak kelas yang duduk di sebelahku dia udah selesai dari tadi.

Jam istirahat di beri waktu selama 30 menit

“ Gimana, Astrid ujian tadi, aman?... semoga ujian komputer nanti ga sulit ya. Kita harus berhasil masuk kelas IPA, semoga kita tetap sekelas lagi yah ketika penjurusan nanti. “ gumam Gita .. “ AAMIIN “ sahutku berjamaah dengan Anggita.

“ Eh, Betewe… tadi aku dibantu jawab sama kakak kelas yang sebangku denganku tadi “ curhatku pada Anggita

“ ih, baik banget “ aku menangguk sambil senyum, tidak sengaja mataku langsung tertuju kearah lapangan. Aku memperhatikan Kak Dian yang sedang asik main bola.  Tanpa sadar aku melebarkan senyumku ke arah kak Dian yang sedang main bola dan tidak sengaja mata kami saling melihat. Aku tersenyum padanya, akan tetapi dia datar tidak menanggapiku.

“ Sepertinya aku salah menilai kalau dia orang yang ramah “ gumamku dalam hati.

Ujian mata pelajaran komputer berjalan lancar. Astrid bisa menjawabnya dengan baik. Dan besok ujian mata pelajaran tersulit bagi Astrid yaitu matematika dan Bahasa Indonesia. Semoga besok soalnya bisa segampang pelajaran komputer, harapku sepanjang jalan ketika pulang sekolah. Aku berjalan melewati koridor sekolah menuju gerbang. Di sebelah koriidor ada lapangan, dan parkiran. Murid-murid berhamburan keluar kelas sudah waktunya pulang sekolah, masih ada yang duduk santai ngobrol di bangku sepanjang koridor, dan ada juga yang sedang bermain bola di lapangan. Mataku tertuju pada seseorang yang sedang main bola di lapangan, tapi dia begitu fokus bermain bola dan aku pun mencoba untuk tidak menghiraukannya juga.
Aku dan Anggita pulang bersamaan karena arah pulang kamu searah tapi rumah Anggita lebih dekat dari sekolah dan aku masih jauh. Kami pulang naik angkutan naik angkutan umum. Di halte deket sekolah sudah banyak antrian angkot yang ngetem menunggu penumpang.

“Ayo git, kita naik angkot yang ini aja!” seru ku.

Ketika Aku dan Anggita masuk angkot ternyata di dalam angkot sudah ada beberapa penumpang, aku mengenali penumpang itu. Dia kak Dian, “  Lah, bukannya tadi dia masih main bola di lapangan ya? “ ujarku dalam hati. Aku melihat ke arah kak Dian, sambil menyapanya. “ Eh, hai kak” sapaku kepada kak Dian. Kak Dian membalas dengan senyum. Ingin rasanya bercerita kepada Anggita tentang moment baru saja yang kurasakan tapi nggak mungkin karena aku ingin bercerita tentang kak Dian tapi kami seangkot jadi nggak mungkin nanti dia mendengarkan kami.

****

Sepekan berlalu, ujian telah usai sekarang masuk pekan olahraga antar kelas.  Siswa-siswa sedang asyik menyaksikan pertandingan basket antar kelas.

“ Astrid, ke kantin yok!” ajak Anggita dan Jeni

“ Boleh, kebetulan aku lagi laper” kami bergegas berjalan ke kantin sekolah. Kantin sekolah lumayan ramai terisi oleh kakak kelas 3.  Jeni masuk ke kantin dan mencari tempat duduk yang kosong.

“ Jen, kamu mau pesan apa, biar aku yang pesanin “ tanyaku pada Jeni. Aku dan Anggita memesan makanan ke kasir. Tidak jauh dari kasir, sekumpulan kakak kelas sedang duduk sedang istirahat, dan ada juga sedang antri di kasir, di sampingku tepat ada kak Dian sedang antri untuk pesan makanan.

“ Bu pesan mie goreng 3 pake bakso ya bu !” ucapku ke ibu kantin

“ siap neng”

“ oia, bu minumnya pesan pop ice cokelat 1, sama teh botol 2 ya bu yang dingin, jadi berap bu?”

“ mie goreng bakso 30 ribu , pop ice 3 ribu dan teh botol 2 jadi 6000 total 39ribu neng.

“ ini bu uangnya.. makasih bu”

“ sama-sama neng “

Aku dan Anggita berjalan menuju bangku yang sudah kami tempati yang letaknya dekat pintu masuk kantin. Terlihat beberapa orang cowok masuk ke kantin, spertinya mereka kelas 3 aku memperhatikan salah satu dari mereka, wajahnya aku kenal. Ada kak Dian, “ eh, lah, bukannya tadi dia di sampinku yang lagi antri kok tiba-tiba udah di pintu masuk” ucapku dalam hati bingung.

Anggita menoelku, “ psst, mereka kembar ya?” bisik anggita pelan. Ternyata Anggita memperhatikannya. “ Oh, aku ngerti sekarang “ Ujarku sambil mengangguk ke Anggita.


(bersambung)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar